Penunggu lantai 5 yang tak pernah mau di buka

Pintu itu selalu tertutup. Tidak terkunci, tapi tak pernah ada yang berani menyentuhnya. Bahkan satpam gedung pun hanya menunduk setiap kali lewat depannya. Konon, lantai 5 menyimpan sesuatu yang tak bisa dijelaskan. Tapi siapa sangka, suatu malam—seseorang naik ke atas... dan sejak itu, tak ada yang benar-benar pulang.


---

Namaku Arman. Aku bekerja di sebuah perusahaan startup yang kantornya menempati lantai 3 sebuah gedung tua di pusat kota. Gedungnya masih kokoh, tapi sudah tampak uzur: lift yang lambat, ubin yang retak, dan lampu koridor yang sering kedap-kedip.

Gedung ini punya 6 lantai. Tapi dari awal aku kerja, cuma lantai 1 sampai 4 yang digunakan. Lantai 6 katanya dipakai untuk arsip, dan lantai 5... tidak pernah disebut. Anehnya, tombol lift lantai 5 masih ada. Tapi kalau kau tekan, lift tak akan bergerak ke sana. Dan kalau kau tanya ke siapa pun, jawabannya sama: "Lantai itu kosong. Udah lama nggak dipakai."

Awalnya aku tak peduli. Sampai suatu malam, saat lembur sendirian, aku mendengar suara dari atas. Bukan suara biasa. Suara seretan... seperti kursi kayu yang diseret perlahan. Padahal semua orang sudah pulang. Lampu lift tiba-tiba menyala sendiri. Berhenti di lantai 4. Lalu... naik ke lantai 5. Tak ada siapa-siapa.

Malam itu aku pulang tanpa menoleh ke belakang.

Besoknya, aku coba iseng nanya ke Pak Indra, satpam lama di situ. Dia hanya berkata, "Mas Arman, kalau kerja sampai malam, jangan naik lift. Pakai tangga aja. Kalau lampu koridor mati, tunggu aja di bawah. Jangan naik. Apalagi ke lantai 5."

Aku tanya kenapa. Dia tak menjawab. Matanya cuma kosong menatap lantai.


---

Hari-hari berikutnya, gangguan makin aneh. Printer kantor nyala sendiri, mencetak halaman kosong. AC menyala lalu mati. Lalu menyala lagi, tepat jam 2:33 dini hari. Beberapa karyawan mulai cerita mereka mendengar bunyi ketukan dari atas plafon. Ada yang bilang melihat bayangan tinggi di ujung lorong. Tapi semua dianggap lelah atau halusinasi karena lembur.

Suatu malam, aku tak sengaja ketiduran di ruang kerja. Ketika bangun, jam menunjukkan 2:34 pagi. Lampu sudah mati. Koridor gelap. Aku berjalan ke arah lift. Tapi saat lift terbuka... isinya gelap. Sangat gelap. Lebih gelap dari lorong manapun.

Dan tombol lantai 5 menyala.

Aku tak menekan apa-apa.


---

Keesokan harinya, aku cerita ke Rina—rekan kerja yang juga penasaran. Kami sepakat menyelidiki lantai 5. Bukan karena kami berani. Tapi rasa ingin tahu kami terlalu besar. Kami rencanakan malam Jumat, karena semua pasti pulang cepat. Kami sembunyikan kamera kecil, bawa senter, dan naik tangga.

Pintu ke lantai 5 tidak terkunci. Hanya tua, dan berat. Saat kami dorong... udara dingin menyergap. Bukan seperti ruangan kosong. Tapi seperti masuk ke ruang bawah tanah.

Di dalam... sepi. Terlalu sepi. Dindingnya kusam, cat mengelupas, seperti tak tersentuh selama puluhan tahun. Tapi... ada jejak. Ada meja. Kursi. Dan papan tulis yang masih penuh coretan.

"Kayak ruang rapat ya," kata Rina pelan. Suaranya menggema.

Lalu kami mencium bau. Seperti kain basah... dicampur amis. Dan kami melihatnya. Di ujung ruangan: ada satu kursi... menghadap tembok.

Kursi itu... bergerak sedikit.

Kami membeku.

"Kalau ini prank, nggak lucu," kataku.

Tiba-tiba senter Rina mati. Sekejap. Lalu nyala lagi. Tapi kursi itu sudah kosong.

Di dinding tembok... ada tulisan besar: "JANGAN BAWA MATA DUNIA KE SINI."

Kami mundur perlahan. Tapi terdengar suara... Langkah kaki. Banyak. Pelan. Dari arah lorong di belakang kami.

Rina berbalik. Menjerit. Aku menoleh, dan... sekejap aku tak bisa bernapas. Sosok-sosok... wajahnya datar, pucat, matanya hitam tanpa bola mata. Satu sosok paling depan—seorang wanita, mengenakan seragam kantor lama, berdiri paling dekat. Dia membuka mulutnya...

"Sudah terlanjur melihat."


---

Aku terbangun di ranjang rumah sakit. Katanya aku ditemukan pagi harinya, pingsan di lantai dasar. Tapi Rina... tidak ditemukan. CCTV gedung... hilang rekamannya.

Perusahaan pindah kantor sebulan kemudian. Lantai 5? Masih tertutup. Tapi kadang... orang yang lewat bilang mereka mendengar suara kursi diseret.

Dan kadang, lift masih naik... ke lantai yang seharusnya tak ada.


---

Cerita ini masih hidup. Karena bangunan itu masih berdiri. Dan mungkin, suatu hari, kau akan masuk... dan tanpa sengaja menekan tombol yang salah.

Kau siap membaca kisah berikutnya? 📌 Temukan cerita urban legend lainnya hanya di blog ini... sebelum sesuatu ikut pulang bersamamu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

menara gading di tengah kota

JEJAK ASAL USUL

“Lintasan Terlarang di KM 29”